Suherlanda

Suherlanda

Selasa, 14 Agustus 2018

Lukisan-Lukisan Kepulauan Riau di Masa Penjajahan


Belum adanya perkembangan kamera dalam mengabadikan sebuah peristiwa pada masa lalu, membuat orang terdahulu menggunakan kemampuan tangan mereka untuk melukis apa yang mereka lihat dan apa yang terjadi pada masa itu. Kali ini saya akan memberikan sebuah informasi beberapa lukisan yang mengungkapkan kejadian dan suasana Kepulauan Riau "Riau" pada masa penjajahan, yang pertama adalah lukisan pemandangan tiga benteng pertahanan Raja Ali Haji Fisabilillah ditahun 1784 yang merupakan karya J.C.Baane.  Sebuah benteng pertahanan yang terletak dipuncak bukit itulah VOC Belanda mendirikan Fort Kronnprins, Benteng Putra Mahkota, ditahun 1824. Dari sarang meriam dibenteng ini menembakkan peluru dari benteng kecil di Teluk Keriting dan meledakan Kapal VOC yang bernama ''Malaka's Welvaren, Pada 6 Januari 1784. setelah Raja Ali Haji gugur didalam medan perang  di Teluk Ketapang pada 18 Juni 1784 benteng kemudian diambil alih oleh VOC Belanda yang dipimpin oleh Mayor Hamell dalam Ekspedisi kedua November 1784. Yang dikemudian hari Belanda memperbaiki benteng yang telah rusak dengan beberapa meriam dengan beberapa Letnan seperti Letnan Jacob Christian Vetter, Insinyur Richard, dan Letnan Christian Martens ditinggal untuk menjaga benteng tersebut dan sejak saat itulah bendera kebesaran Kerajaan Riau-Lingga diganti dengan Bendera VOC Belanda.

''Riouw'' Begitulah sebuah judul lukisan yang mengambarkan pesisir Tanjung Pinang ini. lukisan ini dibuat juga oleh seorang pelukis Belanda ditahun 1850. lukisan yang menggambarkan suasana masyarakat dan juga aktifitas perdagangan dan Melaut di Pulau Penyengat. Belanda yang bergerak cepat yang juga ingin menghapuskan sistem kerajaan yang masih belum tunduk kepadanya, Dengan menunjuk seorang residen di Tanjung Pinang untuk mengawasi wilayah pesisir dengan beberapa kapal penjaga dan pengawas yang berakhir dalam keberhasilan belanda untuk memakzulkan Sultan Riau-Lingga ''Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah'' di Februari 1911. 

Selanjutnya adalah lukisan yang dibuat oleh Jhr. Josias Cornelis Rappard ( 1882-1889 ). Namun Lukisan ini menunjukan suasana Kepulauan Riau pada tahun 1883 dengan judul pada lukisan ''Riouw Op Sumatra''. Suasana yang tenang dengan beberapa nelayan mencari ikan dan beberapa kapal perdagangan menuju Tumasik "Singapura" dan juga terlihat bangunan yang mencolok yakni Masjid Penyengat ditahun 1883 yang belum terlihat besar seperti yang terlihat sekarang ini. Namun agak berbeda dengan lukisan sebelumnya lukisan yang satu ini tidak terlihat aktifitas masyarakat sekitar dan tampilan pulau terlihat jelas dan sama persis. 






Senin, 13 Agustus 2018

Gerbang Marhum Kantor Raja Ali Haji Di Tahun 1920




Gerbang Marhum Kantor Raja Ali Haji Di Tahun 1920

''Ruine Ad Poort Oud Sultans Paleis Te Penjingat''. yang memiliki makna ''Puing Pintu Gerbang Istana Sultan di Penyengat''. Sebuah Dokumen besejarah Kantor Pos yang merekam dan mengabadikan seorang tokoh penting Controleur Belanda yang Berfoto bersama beberapa penduduk asli serta tetua yang berada di Pulau Penyengat tepatnya disebuah Komplek gerbang Istana Marhum Kantor. yang memperlihatkan keaslian Bangunan Gerbang pada tahun 1910-1920an yang merupakan sebuah dokumen yang dipublikasikan oleh Aswandi Syahri. sejak awal abad ke-20 Pulau Penyengat telah dipromosikan oleh ''Officieel Toeristtenbureau Voor Nederlandsch-Indie''. atau yang disebut dengan ''Biro Pariwisata Resmi di Hindia Belanda''. Sebagai Ikon wisata yang harus dikunjungi setiap orang dari penjuru bangsa Eropa. Mengenai informasi pariwisata Pulau Penyengat telah dicantumkan kedalam sebuah buku panduan pariwisata Hindia-Belanda untuk berbagai kalangan turis bangsa Eropa. Gerbang ini dibuat sebagai pintu masuk serta pintu keselamatan dan juga penjagaan menuju istana kantor Raja Ali Haji dari serangan kolonial Belanda dan juga Inggris yang ingin menyerang Pulau Penyengat. Arsitektur dari gerbang ini ialah campuran arsitektur bangunan yang mirip dengan bangunan Kerajaan Johor dan beberapa adaptasi dari Kerajaan Tumasik Singapura sekarang dan campuran bangunan Eropa terutama Bangsa Portugis tetapi tetap mempertahankan Arsitektur khas Kerajaan Melayu Riau-Lingga.

Beruntung, Gerbang ini serta beberapa bangunan lainya masih bisa kita lihat hingga sekarang. meski ada beberapa bangunan yang sudah hancur. Gerbang pertahanan ini serta tembok pagar khas juga mengelilingi seluruh komplek Marhum kantor. sedikit mengenai tentang sejarah istana kantor, Istana ini yang dulunya merupakan istana yang dimiliki oleh ''Yang Dipertuan Muda Riau VIII Raja Ali Haji.'' memiliki luas sekitar 1 Hektar yang juga berfungsi sebagai kediaman dari Raja Ali Haji serta para kerabatnya dan sekaligus kediaman para bangsawan kerajaan pada tahun 1844 hingga 1857. Dan ditahun 1719 Pulau Penyengat ternyata sudah digunakan Raja Kecil sebagai basis pertahanan untuk melawan serangan dari hulu Riau oleh Tengku Sulaiman. Sedangkan ditahun 1782 hingga 1784 barulah dibangun benteng untuk menghadapi serangan dari Belanda.

Sabtu, 11 Agustus 2018

Nama Pulau Karimun Berdasarkan Catatan Sejarah


                                 

    Nama-Nama Pulau Karimun Berdasarkan Catatan Sejarah


Karimun adalah pulau kecil yang strategis di Selat Malaka. Saya kurang setuju dengan beberapa kalimat bahwa pulau ini kurang strategis serta berpengaruh dalam catatan sejarah masa lalu. Nyatanya tidak, pulau ini berkali-kali disebutkan didalam buku ekspedisi bangsa Eropa bahkan Ekspedisi bangsa Cina. Sulit memang mengetahui sejarah kepulauan ini dengan bahasa Indonesia tetapi ketika kita mencari dengan bahasa Inggris maka banyak data sejarah autentik mengenai pulau yang satu ini.


Saya mengambil catatan dalam buku ’The Overall Survey of the Ocean’s Shores’’, Pada Tahun 1433. Buku ini mengisahkan perjalanan seorang Ekspedisi China Laksamana Cheng-ho menuju Eropa dengan melakukan Perjalanan membelah lautan. dikutipan buku ini kita dapat menemukan koordinat  pulau-pulau yang pernah mereka lewati maupun yang mereka singgahi saat didalam perjalanan . Di buku ini nama Pulau Karimun ditulis dengan nama ‘’Chi-li-men’’ dan ‘’Chi-li-wen’’. Selain itu Huang‘s atau Ma Huan sendiri menulis Pulau Kundur atau pulau terbesar dikepulauan Karimun dengan nama K’un-lun shan atau Grand Condore. Ma Huan sendiri bertugas sebagai penerjemah dalam Ekspedisi Cheng Ho yang ke empat, keenam, dan Ketujuh Ma Huan seorang pelajar Cina mencatat pengamatan mereka selama perjalanan dalam bentuk catatan perjalanan. Bahkan mereka membuat peta Selat Malaka saat melakukan ekspedisi ini.

Nama Kepulauan Karimun di dalam buku ''Singapore and The Silk Road Of The Sea 1300-1800''. Ada apa kaitanya dengan Singapura karena kesamaan sejarah dan letaknya yang tidak begitu terlalu jauh ternyata Singapura dan Karimun sama-sama memainkan peran yang sangat penting. di dalam buku ini sangat jelas menjelaskan latar belakang Singapura dan Karimun itu sendiri mulai dari Suku Laut, Orang Laut atau Orang Selat maupun keberadaan Prasasti Pasir Panjang dijelaskan disini seperti yang sudah saya pulikasikan didalam blog saya terdahulu, saya membicarakan batu bertulis umat Buddha di Karimun. ternyata awal masuknya Agama Buddha disingapura berawal dari Kepulauan Karimun. Sangat jelas Karimun memainkan peranan yang sangat penting. penamaan Karimun dibuku ini sudah jelas seperti penamaan sekarang hanya saja versi awal buku ini menyebutkan nama karimun dengan ''Carimon''. beberapa bangunan khas orang akit juga digambarkan didalam buku ini dimana orang akit telah tinggal sejak lama dikepulauan Karimun khususnya bagian Utara Karimun.


Selanjutnya di buku yang berjudul ''The Singapore and Malaka Strait '' sebenarnya menjelaskan pembagian wilayah oleh bangsa Eropa yang membelah Selat Malaka mulai dari Inggris yang menguasai daratan Malaysia hingga Singapura dan Rhio atau Kepulauan Riau sekarang, menjadi milik Belanda. dan dibuku ini juga bahwa Portugis bersama Jerman dan juga Spanyol menginginkan agar pulau Karimun bisa bebas dari para perompak dengan mengirim kapal kontrol. selain itu akan membangun bandar yang besar di Karimun sebelum disingapura namun gagal terwujud karna terlanjur dikuasai oleh Belanda. dibuku ini memuat sebuah peta  yang dibuat oleh Hessel Gerritsz pada tahun 1620 '' The Southern Portion Of The Malay Peninsula and Part Of The Riau Archipelago Together with The Strait Of Singapore and Melaka (Berlin)''. Berikut di dalam Petanya Karimun ditulis dengan ''Carimon'' dan Pulau Kundur ditulis dengan ''Sabon'' dan Pulau Durai dengan ''P.Duray''. Terbukti ditahun 1620 nama pulau Karimun sudah ada dan sudah dikenal banyak oleh bangsa Eropa.

Buku Selanjutnya ialah buku yang berjudul ''Early Mapping Of Southeast Asia''. tentunya menjelaskan tentang Peta dan tentunya bukan peta dizaman sekarang. Peta yang ada didalam buku ini merupakan kumpulan peta-peta yang dibuat oleh berbagai tokoh yang melakukan ekspedisi di beberapa pulau seperti di Kepulauan Australia, Indonesia tentunya dan yang menarik Selat Malaka . Peta yang dibuat Oleh ''Laurie dan Whittle di Tahun 1799'' dengan ukuran 42,5 x 58,5 Cm dengan Judul ''Singapore Straits''. Didalam peta ini nama Karimun ditulis dengan ''Grand Carimon'' dan Kundur dengan nama Sabon ditahun  1799 hal ini membuktikan bahwa nama Karimun sudah ada ditahun 1799.















Minggu, 10 Desember 2017

Sejarah Lengkap Masjid Haji Abdul Ghani Pulau Buru Kabupaten Karimun



Dari Prasasti Pasir Panjang kita pergi menuju Pulau Buru. Pulau yang menjadi perlintasan penting di Selat Durian berbicara masalah Kabupaten Karimun kita tidak bisa lepas dari berbagai sejarah disemua pulau yang ada diruang lingkup Karimun ''Masjid Raja Haji Abdul Ghani'' menjadi masjid tertua di kabupaten karimun menurut cacatan sejarah saat ini. dan kedua tertua di Provinsi Kepulauan Riau setelah Masjid Penyengat di Kota Tanjungpinang. Masjid ini dinamakan sesuai dengan nama raja yang membangunya yakni Raja Abdul Ghani Bin Raja Idris Bin Raja Haji Fisabilillah. merupakan seorang pemimpin atau Amir pertama yang membangun masjid ini pada abad ke-19 atau pada masa Kerajaan Riau-Lingga.

Tepatnya pada masa Pemerintahan Sultan Abdul Rahman sekitar Tahun 1883 -  1911. Luas Ukuran Masjid Ini sekitar 8 Meter X 15 Meter yang didominasi warna Kuning Muda hal ini menyamakan warna pada Masjid Raya Penyengat saat itu. masjid ini memiliki Kubah yang disanggah 4 Tiang yang tingginya 5 Meter.


Masjid ini mampu menampung jemaah sekitar Ratusan orang sejak direnovasi. Arsitek dari masjid ini merupakan arsitek Tionghoa yang menjadi perpaduan dari 2 unsur budaya dan ditambah dengan adanya Kelenteng disekitar masjid yang menjadi kearifan serta keharmonisan masyarakat buru yang memegang Toleransi umat beragama. dari sebelah masjid inilah unsur budaya Tionghoa terasa kental dimana menara masjid menyerupai ruang pembakaran Hio serta ruang ventilasi yang  terbuat dari batu Giok warna biru yang warnanya digunakan masyarakat Tionghoa dalam pembuatan Seni Kramik.


Teras dan atapnya yang sekarang masih dipertahankan keaslianya. Bahkan, dimasjid ini juga terdapat meriam tua serta loceng yang berasal dari bangsa Spanyol.


Keberadaan sumur yang digunakan untuk mengambil air wudhu juga tak pernah habis saat kemarau maupun masyarakat mengambilnya setiap hari untuk kebutuhan. selain itu masjid ini memiliki teknik pewarnaan yang sama pada masjid kerajaan Riau-Lingga pada umumnya yakni menggunakan Kuning Telur sebagai perekatnya.


Pintu masuk utama yang berbentuk lengkungan setinggi 2,3 meter dengan lebar 1,3 meter hingga saat ini juga masih berdiri kokoh dan berfungsi sebagamana mestinya. Pintu-pintu lainnya yang terlihat lebih pendek juga tetap masih dipertahankan karena memang tidak pernah dilakukan renovasi apapun hingga sekarang. selain itu juga Mimbar yang ada pada masjid juga memiliki kemiripan dengan kubah masjid penyengat yang juga terus dipertahankan nilai sejarahnya.

Sabtu, 02 Desember 2017

Sejarah Lengkap Prasasti Pasir Panjang Karimun Kepulauan Riau



Berada dibawah kekuasaan Sriwijaya ''Grand Carimon'',''Great Carimon''atau Karimun memiliki peranan yang penting dalam pusat perdagangan di Selat Malaka. Namun tidak seberapa penting dalam hal urusan politik di wilayah ini yang kurang berpengaruh pada masa Kerajaan Sriwijaya hingga keruntuhanya pada abad ke-13. dimana pengaruh ajaran Buddha mulai masuk disebuah pulau yang strategis di Selat Malaka yang dipenuhi kapal-kapal dagang hingga tahun 1414 sebagai tempat persinggahan. pada masa itu Kerajaan Sriwijaya telah banyak mengirimkan Sarjana untuk mempelajari ajaran Buddha di India serta Bangladesh. menurut catatan sejarah lebih dari 1000 sarjana atau para biksu mulai mendalami serta belajar ilmu ajaran buddha di India maupun Bangladesh dengan melewati Kepulauan Karimun saat itu dan pulang kembali untuk memperaktikan ilmu mereka disebuah batu yang dipahat. persinggahan mereka bukan tanpa alasan, Alasan pertama mereka singgah ingin mengambil minuman dimana perbekalan para biksu sudah habis dan alasan yang kedua mereka menerapkan ilmu tulis menulis mereka dimana mereka menemukan sebuah bukit batu yang sangat besar yang membuat mereka tertarik untuk menerapkan ilmunya untuk singgah disebuah batu Granit yang dikenal sebagai ''Prasasti Pasir Panjang'' atau ''Prasasti Tanjung Balai Karimun'' yang dikenal hingga sekarang ini.


Banyak catatan sejarah Portugis tahun 1391 yang menyebutkan bahwa Pulau Karimun telah dihuni Orang Laut. Namun kurang mendapat tempat di Singapura karna kehadiran mereka tidak diinginkan sehingga menyebar ke Bintan, Batam, dan Karimun bahkan Lingga, Natuna, Anambas, Riau Daratan serta Bangka Belitung.  Tome Pires juga pernah mengatakan bahwa orang-orang ini disebut ''The Celate'' atau orang selat atau Orang laut Semi-Nomaden yang memiliki kepala suku atau Raja. beberapa penulis bahkan menduga bahwa ''Hang Tuah'' pahlawan melayu abad ke-15 diduga masuk dalam kelompok ini Pires menyebut kelompok pulau antara Karimun dan Rangsang dengan sebutan ''Celate Island''.

Di tahun 1846 Karimun masih dikenal sebagai basis Aktivitas Perompak yang menjarah sebagian kapal Belanda maupun Inggris yang melewati pintu masuk selat malaka yang membuat Belanda serta Inggris geram dan memangkas bantuan untuk kerajaan di Penyengat atau Isolasi Ekonomi untuk pihak kerajaan atas kerugian tersebut. Raffles juga pernah ingin membangun Karimun sebagai pusat perdagangan hebat sebelum Singapura Modern namun batal.


Pemuan ini berawal dari temuan warga sekitar yang melaporkan ada sebuah batu bertulis didekat perbukitan batu di Desa Pasir Panjang yang selanjutnya dilaporkan kepada K.F Holle ditahun 1873. K.F Holle merupakan seorang berkebangsaan Belanda yang memiliki banyak perkebunan di Garut dan ia memiliki minat yang besar terhadap bahasa dan sastra di Indonesia. ia diangkat menjadi penasehat Hindia-Belanda sekaligus sebagai pejabat kolonial peneliti budaya dan terkenal dengan pekebun Teh. Namun ia bukan orang yang pertama datang ke Karimun untuk meneliti temuan ini melainkan Letnan Ashworth seorang peneliti pertama yang mengujungi Prasasti Pasir Panjang dan mengabadikannya dengan Kamera untuk dikirimkan ke Batavia dan selanjutnya diteliti oleh K.F Holle untuk mengupas apa yang menjadi isi dari Prasasti Tersebut.


Letnan Ashworth bahkan banyak mengabadikan lokasi Prasasti Pasir Panjang serta Pertambangan batu Granit di Tahun 1873 yang telah lama menambang batu-batu besar untuk nilai ekonomi dan bertahan hingga saat ini. semenjak penemuan ini lokasi penambangan dibagian batu dilindungi dari aktivitas penambang. berikut adalah beberapa foto yang diabadikan Letnan Ashworth agar diteliti dan dikirimkan untuk K.F Holle. Foto-foto itu antara lain Prasasti Pasir Panjang yang ditembok tanpa atap beberapa Lubang diatas Prasasti yang diyakini sebagai Ramalan Astronomi, Aksara Nagari pada Prasasti dan sembuah sumur dibatu besar.


Letnan Ashworth memang ditugaskan untuk datang langsung ke pulau Karimun dan meneliti serta mengabadikan bentuk prasasti tersebut. Namun saya belum bisa mencari sosok Letnan Ashworth seperti apa tetapi setelah saya melihat dengan baik maupun dengan jelas kemungkinan sosok Letnan Ashworth berada disalah satu foto yang beliau abadikan tepat diatas Batu Prasasti Pasir Panjang Sebagai Berikut. Namun sangat disayangkan fotonya kurang jelas, tetapi dari sosok Letnan itu sudah cukup jelas tergambar serta memakai topi lengkap dengan seragam militer.


Setelah beberapa foto telah sampai ke K.F Holle ia mengalami beberapa kesulitan saat menerjemah prasasti tersebut. Sehingga dilanjutkan oleh Jan Laurens Andries Brandes ia merupakan pengkolektor barang kuno dan seorang Leksikografer atau ahli penyusun bahasa langka berkebangsaan belanda. ia menjadi terkenal karna berhasil menemukan manuskrip ''Kakawin Nagarakretagama ditahun 1894 di Lombok. Foto-foto Prasasti Pasir Panjang menarik minat  Jan Laurens Andries meneliti lebih dalam. 


Ia berpendapat bahwa Prasasti itu ditulis pada abad ke X hingga XI masehi. ia juga menulis sebuah surat terima kasih kepada Sekertaris Cabang disingapura 13 Oktober 1887. dan ini Transkrips Prasasti yang Brandes terjemah yang berbunyi :


Brandes sedikit ragu dengan apa yang telah ia pelajari dan menerjemah Prasasti ini hingga ia harus menambah beberapa huruf agar memiliki makna yang cukup pada prasasti tersebut. Brandes berpendapat bahwa Gautama yang ada pada Prasasti tersebut ialah seorang biksu suci agama Buddha. Arti dari Prasasti tersebut ialah ''Jejak Kaki Gautama ( Yang Dihormati ) oleh Mahayanis dari Bengal ya sangat tepat seorang sarjana yang belajar dari Sriwijaya menuju ke Bengal dan memperoleh ilmu sehingga menjadi Biksu. yang menjadi catatan penting bahwa Strait Times Yakni koran berita Singapura pernah memberitakan pengiriman foto maupun transkirpsi Prasasti untuk Britis Museum dan saya mencarinya ternyata benar ada korannya tetapi saya menemui kesulitan saat mencari berita yang katanya berada dihalaman 2 kolom ke 6 namun itu juga sulit untuk saya temukan tetapi tetap saya abadikan sebagai bukti Autentik Sejarah dan berikut koranya : 



Tidak hanya sebuah prasasti, Brandes juga berpendapat bahwa jejak kaki yang terletak dibawah sumur batu itu ialah sebagai jejak kaki dari Gautama sang biksu. Namun J.G De Casparis menjawab teka teki tersebut bahwa jejak kaki tersebut memiliki makna serta hubungan dimana jejak kaki tersebut dibuat lebih rendah dari prasasti sebagai tanda Hormat ia juga mengatakan jejak kaki dengan tapak tunggal adalah Ikonografi yang sangat penting dalam Buddhisme seperti jejak kaki di bangladesh didekat Gunung Sumanakuta yang menjadi salah satu tempat para biksu belajar dan mendalami ilmu Buddhisme.


Namun dugaan J.G.De Casparis salah bahwa asal usul Telapak Kaki itu hanya cekukan alam yang terbentuk bahkan tidaklah sulit untuk terjadi pada batu Granit yang terdiri dari Silika dan Feldspar yang merupakan batu plutonik yang mendingin perlahan dibawah tanah. Granit bukanlah batu yang tahan cuaca ia mudah terkikis dengan mudah. saya juga membaca fakta sejarah Manusksip Brandes bahwa itu benar-benar jejak kaki namun tidak dengan yang kecil atau yang sebelah kiri yang murni terbentuk karna alam.jejak kaki ini juga menjadi sebuah kepercayaan Masyarakat setempat terutama di Karimun itu sendiri yang diakui sebagai tapak kaki Sibadang Perkasa yang kuat namun Brown di tahun 1952 membantah hubungan kisah itu Brown berpendapat bahwa kisah itu digunakan hanya untuk menarik orang-orang untuk datang.


Sementara untuk cekungan berbentuk Bola-bola ini Brandes juga berpendapat bahwa ini ada kaitanya dengan dunia Astronomi seperti terjadinya gerhana dan juga J.G.De Casparis berpendapat bahwa itu hanya sebuah cekungan yang terbentuk dari Alam.


Tak luput dari dokumentasi Letnan Ashworth juga mengabadikan sebuah sumur batu dengan mata air segar yang menarik perhatian siapa pun yang tinggal di Desa Pasir Panjang Kecamatan Meral Barat Karimun dimana sumur batu itu dianggap keramat oleh masyarakat yang digunakan untuk tujuan ritual maupun pengobatan hal ini diungkapan Letnan Ashworth berdasarkan pengamatanya langsung pada saat itu.


Dan ini beberapa perbandingn Prasasti Pasir Panjang di tahun 1887 hingga saat ini.




Prasasti Pasir Panjang dalam Buku Sejarah Singapura : 





















Minggu, 08 Oktober 2017

Menjemput Asa


''Menjemput Asa''
Karya Cerpen
Suheranda

Angin kembali menyejukan wajahku ketika memandang langit, hembusan wewangian bunga dari pohon kamboja membuatku tersenyum dan memejamkan mata. bersandar dibahu ibuku dan sesekali kubuka bekal yang ibu buatkan untukku. Tiba-tiba elusan tangan ibu menghangatkan kepalaku dan berkata ''Makan yang banyak, biar sehat, pintar dan bisa jadi orang ye nak''.waktu itu aku tak menghiraukan kata-kata ibuku karna aku hanya fokus pada bekalku inilah yang diketahui anak seusiaku yang menginjakan Sekolah taman kanak-kanak. Genggaman tangan ibu sangat hangat ketika aku dan ibu berjalan diantara panjangnya jalan ditrotoar. memandikan aku dan menemaniku tidur siang waktu begitu cepat berlalu. sesekali kulihat diantara kaca kaca itu ibu yang terus mengawasiku disaat ibu-ibu lain mulai pergi dan beranjak tetapi tidak dengan ibu yang tetap ada dan terus mengawasiku. Hidup kami waktu itu memang serba kekurangan tapi bahagia dan tidak sebahagia ketika melihat Ayah membawa ikan-ikan kecil untuk mainanku. Malam itu kami menunggu ayah pulang dari laut. Suara Ribut angin bercampur hujan membuatku takut dan memeluk ibu. Gelap gulita dan hanya ditemani pelita yang apinya terus bergerak-gerak yang tiba-tiba suara ayah yang mengetuk pintu dan ibu pun membukanya lalu ayah memberikan ikan kecil itu. Senang sekali masa kecil yang memang butuh perhatian walau hanya beberapa ekor saja tapi ketika mengingat hal itu membuatku sedih disaat umur 22 tahun sekarang ini.aku hanya mengatakan ''Terima Kasih Ayah'' itu sudah cukup bagiku ikan-ikan kecil itu sudah membuatku bahagia dalam hujan-hujan petir Angin dilaut bahkan kau masih sempat membawa ikan-ikan itu untukku,akan ku ingat sampai hari tuaku Ayah.

Semua memudar ketika aku mendengar akan kehadiran adik angkat baru yang jelas aku belum mengerti hal ini. Kapal besar yang sedang berlabuh jelas membawa keluarga baru dimana saat itu aku melihat seorang bayi perempuan dan kakak baru semenjak saat itu aku hanya berbekal air putih dan Uang untuk jajan diluar dan pergi sendiri kesekolah karna aku anak-anak aku hanya cuek saja dan tidak menghiraukan hal ini. Kamarku mulai terisi barang-barang lain yang membuatku harus tidur didua tempat yang terkadang aku harus tidur dirumah nenek. Kasih sayang itu memudar dalam hal ini aku tak pernah menyalahkan mereka tapi aku harus bergerak sendiri bahkan mencari kebahagian sekalipun dan aku sudah ditakdirkan untuk ini. terkadang perlakuan dirumah dan disekolah membuatku sedih ...

Bersambung .....




Sabtu, 01 Juli 2017

Hujan Terakhir


''Hujan Terakhir''
 Karya Cerpen 
Suherlanda

Hujan ketika mendengarkan kata hujan yang terpikir didalam benakku ialah senyuman dan kebahagiaan..ya aku suka hujan, Entah sejak kapan aku mulai menyukai hujan aku tidak pernah tau pasti..Namaku denis umurku 21 tahun aku hanya memiliki seorang Ayah dan tidak memiliki Ibu setiap kali aku menanyakan tentang ibu beliau akan marah. Ayah adalah seorang mahasiswa, saat itu umurku baru 9 Tahun. Ayah pernah bilang dia selalu membawaku ketempat ia kuliah dan berkerja saat masih bayi ketika aku sakit bahkan ia rela untuk tidak kuliah saat itu..aku membongkar salah satu lemari tua didekat jendela disitu kudapatkan sebuah buku catatan ayah ..ya catatan hidup ayah..ternyata ayah sudah menulis buku itu sejak 35 tahun yang lalu..aku butuh informasi tentang diriku sendiri kubuka catatan sesuai umurku..

''Bayi yang malang..bayi siapa ini...aku membawa bayi ini kerumah.. sebelumnya aku ragu tapi rasa kasihan didalam hatiku membuatku membawa  bayi ini kerumah kecilku..Denis..tangisannya membuatku bergegas pergi ketoko untuk membeli susu dan perlengkapan bayi..aku tidak mungkin meninggalkannya sendiri dirumah..jadi aku membawanya ke tempat kuliahku..aku dicemoohkan mereka dan tatapan sinis mereka terhapus dengan senyuman denis..dia tidak menangis syukurlah tatapan matanya sama saat aku menemukan denis disebuah kotakan dan sehelai selimut dan disertai hujan saat itu''.

''Hingga kini aku masih menyimpan selimut dan kardus yang melindungi denis dari hujan saat itu..Denis yang malang ..aku tau bahwa jiwa dan raga ini milik tuhan dan bukan miliku seutuhnya aku hanya sebuah roh yang diperintahkan untuk beribadah kepadanya dan berbuat baik bagi sesama agar aku tahu bahwa tuhan hadir disekitarku..aku tidak ingin denis kekurangan kasih sayang orang tua yang sudah menelantarkanya sendirian di sebuah kardus kecil dan selimut yang lembab ditumpukan sampah''.

''Saat-saat ingatanku goyah dan tak mungkin aku meninggalkan denis dengan tanpa persiapan aku sengaja untuk tidak meneruskan kuliahku disebuah univeritas untuk berkerja disalah satu pabrik roti..dengan gigih aku mengendongnya dan berkerja, disebuah alat besar..sesekali bungkusan roti keluar dan aku harus memasukan roti itu semua disebuah kotakan besar ..dan itu begitu banyak ..lelah memang, kuusap keringat yang membasahi dahiku dan tak kubiarkan tetesan keringat ini membasahi wajah anakku yang sedang tidur nyenyak. Sungguh anak yang baik tak terlihat rewelan denis ketika aku gigih mencari uang untuk biaya tabungannya ketika denis besar nanti''.

''Aku harus mengejar target sisa umurku...aku harus bisa mengumpulkan uang untuk denis.. walaupun aku bukan orang tua denis tapi aku merasa dia anaku sendiri. setelah kerja selesai aku pamit pulang dan membawa sisa roti dan aku duduk disebuah stasiun yang saat itu sedang ramai-ramainya. Denis menangis ternyata ia kehausan dan kuberikan susu yang sudah kubuat dan denis terlihat diam dan lagi-lagi matanya melihat diriku..Aku menangis aku takut bahwa aku tidak bisa mengumpulkan kebahagiaan denis sesuai target hidupku. ''Nak, Jangan bersedih ayah akan selalu berada didekatmu ..selanjutnya aku menjual sisa roti dipabrik yang diberikan mandor tadi sore..''Pakkkk...Bukkkk Rotinya ....enak dan murah....dibeli pakkk...dibeli bukkkk... tak jarang dari mereka membeli roti yang kudapatkan dari pabrik yang hanya tersisakan dua roti dikeranjang lusuh yang kubawa dan aku bawa pulang untuk kebutuhan isi perutku dirumah... berjalan kaki tiada lelah agar tidak terlalu malam kasian denis masuk angin''. kami pun melakukan persiapan untuk mandi dan tidur untuk mengerjakan aktivitas kerja esok hari''.

bersambung....