Suherlanda

Suherlanda

Selasa, 28 Februari 2017

Cerpen Merajut Asaku Karya Suherlanda


'' Merajut Asaku ''
  Karya Cerpen 
Suherlanda

Mentari disubuh pagi membayangiku akan sekolah baru. Dari 9 orang yang diutus aku dan Masita yang bisa masuk kesekolah yang amat terkenal dengan pendidikannya yang bagus bak Universitas. Pagi itu aku datang dengan  peralatan MOS ku dan harus berlari menuju meja yang sudah disediakan panitia MOS dan meletakan tas lalu mengambil sampah satu persatu. Diantara mereka teman-temanku mulai berdatangan, masita teman yang sekolahnya sama denganku pun  tak terlihat lagi seperti dulu, ia bermain bersama teman barunya. Aku hanya fokus pada sampah digengaman tanganku. Kakak kelas pun mulai berteriak menyuruh kami berbaris. Aku pun bergegas berbaris dan kami disuruh untuk berbaring dan mencium tanah sebagai bukti cinta akan tanah air. Aku hanya bertanya didalam hati 
’’ kapan semua ini berakhir ?’’ 
   Kami diiring masuk kehutan belakang sekolah untuk mengikuti pengenalan Outbond Bersama teman-teman gugusku beserta gugus lainya. Kami harus masuk kekubangan air yang bau dan harus rela berteman dengan lumpur. Akhirnya MOS pun selesai. Kami diterima sebagai siswa-siswi resmi di SMA tersebut.
       Sudah seminggu berada disekolah asing. Aku merasa berada disekolah yang salah tapi tak kugubris didalam hati tentang pernyataanku itu, kegundahan selalu ada didalam hati bahwa aku salah memilih sekolah. Yang ku ingat hanyalah satu jika aku seperti ini dan malas dalam belajar bagaimana dengan baju-baju SMA ini yang ditebus dengan kalung emas ibuku dipegadaian. Aku bimbang dan terbayang mukanya yang lesu dan wajahnya yang tua dan keriput. Sesekali aku urungkan badanku untuk menyendiri 
didepan kelas, mulai setetes air mata tak bergeming pun tercurahkan.
’’ Ya tuhan jika aku berada disekolah yang salah,maka tunjukanlah’’
  Disatu sisi aku memikirkan orang tuaku. Keesokan harinya kegiatan pemilihan Ekstrakulikuler angakatan baru pun dimulai.
‘’ Nis, mau pilih Ekskul apa nih ?‘’
‘’Ngak Tau, ini aja lagi milih’’
  Pada saat itu aku memilih ekskul paduan Suara. Tes pun dimulai karna aku pikir tidak cocok jadi, aku masuk ke Ekskul Rohis.
‘’Pak, suher ingin masuk ekskul rohis boleh ?’’
‘’Bilang saja dengan pembinanya,itu disana’’
Perasaanku tidak enak saat menuju kepembinanya 
‘’Bu, suher boleh masuk Rohis ‘’ 
‘’Kenapa ?’’ 
‘’Karna padus tidak cocok bu,’’
‘’Maaf anak Rohis tidak menerima anak buangan’’
  Pada saat itu aku merasa ada yang salah dari diriku. Aku langsung menuju kekelas dan duduk bersama Helen temanku yang saat itu juga terlihat kebingungan memilih ekskul.
‘’ Kenapa suher ?’’
‘’ Tidak Helen, suher tidak habis pikir ada yang bilang suher anak buangan ‘’
‘’Ya ampun, sudah tak usah dimasukin kehati Helen aja ngak ekskul, sabar ya suher ’’
   Aku pun pulang, Sesampainya aku dirumah lagi-lagi aku melihat wajahnya terkadang hatiku hiba melihat wajahnya yang menaruh masa depannya kepadaku ia begitu semangat membuatkanku bekal untuk pergi kesekolah. Pikiranku semakin tak karuan dan ingin keluar dari sekolah itu. besoknya disekolah aku dipanggil kekantor oleh guru Sosiologiku, aku pun datang menghadap dan tiba-tiba.
‘’ muak ibu’ liat muka engkau ‘’.
‘’Pekerjaan rumah tak buat semua tidak buat’’.
‘’dah lah sane’’.
           Aku pun keluar dari kantor dengan  malu karna disaksikan oleh semua guru, dan aku pun berjalan menuju kekelas tanpa ada kejadian apa-apa. Karna aku tau  itu salahku dan aku berhak mendapatkan itu semua. Wali kelasku datang menemuiku dan kami pun sedikit berbincang. Beliau adalah guru yang selalu mendukungku dan tidak pernah lelah untuk mengatakan 
‘’Suher sehat ?’’
‘’Suher, Tadi dikantor pak lihat , Tidak apa-apa kan ?’’
‘’Ya pak, Tidak apa-apa salah kami tidak buat Pr Sosiologi’’
‘’Semangat’’.
     Pak Madun ya begitulah, ia merupakan guru yang menginspirasiku. Beliau selalu menanyakan keadaan dan kondisiku. Semenjak beberapa kejadian itu aku merasa tidak diterima disekolah tersebut. Aku pun mulai putus asa tidak membuat tugas, mulai bolos sekolah dan berbuat sesukaku. Itu aku lakukan agar aku bisa bebas dan  keluar dari sekolah itu. Maaf aku hanya berfikir bahwa aku telah salah memilih sekolah. Surat panggilan pun mulai berdatangan satu surat yang membuat hatiku sedih ketika membukanya dan membacanya yakni sebuah surat berwarna putih yang bertuliskan bahwa aku dikembalikan kepada orang tuaku. Melihat tangisan ibu angkatku rasanya aku juga ikut bersedih satu persatu  keluargaku mulai menjauh dariku mungkin karna masa depanku yang begitu tidak jelas semenjak keluar dari sekolah itu. Tetapi tidak dengan sikap dan tindakan ayahku yang selalu menyemangatiku.
‘’Kesini ayah ingin bicara, apakah ini betul keputusanmu ingin keluar dari sekolah ?’’
Dengan Mata Terpejam dan menarik nafasku sejenak ku katakan 
‘’Ya’’
     Ketika itu tiba-tiba ayah memberikan sebuah surat putih yang kumaksud. Sekian lama aku bersekolah baru kali ini aku mengalami hal seperti ini dicemooh oleh keluarga bahkan tetangga. Semenjak itu aku merasa bebas dan melakukan hal yang kumau mencari motivasi baru lewat internet, belajar melaui internet dan membantu adik menyelesaikan tugas sekolah.ya kelihatan rindu masa-masa sekolah. dalam hatiku kuberkata.
‘’Ya Allah ingin rasanya sekolah lagi, Ingin rasanya berteman dengan banyak orang, dan ingin rasanya berprestasi lagi seperti dulu’’.
  Itu yang setiap hari aku bayangkan. Aku selalu menghindar teman-temanku ketika bertemu karena malu ketika harus dikeluarkan dari sekolah. pernah terbenak dalam pikiranku bahwa aku harus keluar dari kota ini dan berhijrah ketempat asalku dimana aku dilahirkan. berkat kemampuan ilmu komputer yang aku miliki aku mencari semua sekolah yang ada dipulau Kundur agar aku bisa meluluskan masa-masa putih abu-abuku dengan baik. 
   Akhirnya berkat informasi itu aku dapatkan sebuah sekolah yang menjadi impian terbesarku. Paginya aku berangkat untuk mencari sekolah itu dengan menyeberang pulau. Sepanjang perjalanan aku menaruh harapan agar dipulau ini aku bisa diterima, dengan tubuh yang berjuang dalam kesendirian aku berdoa agar pulau ini bisa menjadi titik awal menuju masa depanku.disini aku tinggal bersama ayah dan ibu kandungku, dengan meminjam kendaraan sepeda motor ayahku, aku berangkat menuju sekolah yang aku cari di internet dengan menyusuri jalan.aku selalu berdoa agar bisa mendapatkan sekolah baru yang bisa dan mau menerimaku. Alhamdulillah akhirnya sekolah yang kucari sudah kutemui dengan ancang-ancang aku harus bisa mempersiapkan  segala sesuatu untuk pendaftaran disekolah itu. Setelahku dapatkan sekolah yang kumaksud, besoknya aku kembali ke kota dan meminta restu orang tua angkatku agar aku diizinkan untuk kembali ketempat dimana aku dilahirkan.
‘’Bu, sekolah itu benar-benar ada, suher mau sekolah lagi’’.
‘’Tapi sekolah disinikan masih banyak, kenapa harus disana’’. 
‘’hmmm,kalau suher sekolah disini suher takut teman-teman suher banyak yang mencemoohkan suher bu’ lagi pula kalau disana tidak ada yang mengenali suher’’.
‘’ibu takut kamu gagal lagi jika bersekolah disana ditambah tidak ada yang memperhatikanmu’’.
‘’Bissmillah, semoga suher bisa melalui semua ini bu’
‘’Baiklah sekolah yang betul’’.
  Pada dasarnya juga karena beberapa sekolah dikotaku tidak mau menerimaku untuk itu aku harus pergi mencari tempat lain yang mau menerimaku. Dengan beberapa minggu yang tersisa aku pun memenuhi jamku bersama keluargaku, disini kami berkumpul bersama, dimana hal ini tidak akan aku dapatkan ditempat lain.hari terakhir pun tiba aku pun mulai memberes-bereskan perlengkapanku yang akan ku dibawa kesana. Melihat lagi wajahnya yang hiba, aku merasa bersalah telah membuat tindakan keputusan ini membiarkannya sendiri tak terawat. Hatiku mulai gundah dan resah ketika ia meneteskan air mata diantara pipinya serta wajahnya yang tua. Air mata itu terus keluar dari kelopak matanya yang lembut sehingga setiap air mata yang menetes darinya aku  melihat ada banyak dosa yang aku lakukan. Diantara tetesan air matanya aku melihat saat saat beliau merawatku disaat kecil.dalam hatiku ku berkata 
‘’Ibu,maaf jika tulang punggungmu rapuh hingga saat ini, dikarenakan terlalu berat menopang kemauanku disaat kecil’’.
‘’Ibu,maaf jika wajahmu mulai menua dikarenakan dirimu selalu tersenyum suka duka didepanku disaat kecil’’. 
‘’Ibu,maaf jika tangan ibu menjadi kasar karna selalu merawatku tiada henti’’.
‘’Ibu,maaf jika senyumanmu berubah menjadi kesedihan dalam menghadapiku menuju dewasa’’.
 Aku memang memikirkan beliau,selepas dari itu beliau hanya mengatakan 
‘’Sekolah yang rajin yang betul, biar jadi orang sukses,Sholat jangan lupa’’.
   Ya seperti itu yang kuingat. Akhirnya aku berada ditempat kelahiranku selama beberapa tahun  harus hidup dikota orang. Aku mulai membereskan kamarku dan membongkar satu persatu  perkakasku yang akan aku rapikan untuk disusun. Hingga pada saat itu kutemukan sekumpulan piala yang pernah kudapatkan, disitu timbul semangat lagi dan semakin yakin untuk menyambung sekolah lagi.
   Piala-piala itu aku bersihkan terlebih dahulu dengan  kain lap dengan perlahan-lahan piala itu mengingatkanku akan perjuangan serta kejujuran untuk meraihnya, disitu aku belajar bahwa semangat itu ada disekitar kita jika kita mau dan ingin mencarinya jangan tunggu untuk dicari tapi mulailah untuk mencari.  Setelah aku menyusun piala itu dengan rapi, lalu kutemui sebuah map berisikan piagam-piagamku kulihat dan kubaca satu persatu, melihat kalimat demi kalimat pada piagam tersebut aku semakin termotivasi ingin menyambung kembali sekolahku yang sempat putus ditengah jalan. Hari demi hari berlalu hari pendaftaran semakin dekat, aku semakin mempersiapkan segala sesuatunya sendiri mulai dari keperluan pendaftaran nanti disekolah baruku.

  Hari yang ditunggu pun tiba pagi-pagi aku sudah melakukan segala persiapan dan berangkat sangat awal. pendaftaran pun baru saja dibuka, aku bergegas mengambil nomor undian yang kudapatkan kebetulan nomor undianku yakni nomor dua kami pun mengisi formulir pendaftaran. Tidak lama menunggu akhirnya namaku dipanggil dan disitu aku menyerahkan sebuah map pendaftaran yang asli. Pada waktu itu aku diwawancarai oleh Guru namun, pada saat itu aku tidak mengetahui bahwa beliau adalah guru Fisika. Sambil mengecek map tersebut beliau bertanya 
‘’Kenapa tahun Ijazahnya 2012?’’
‘’Sebenarnya kami sekolah nganggur satu tahun bu’karna sudah ada dana baru kami lanjutkan’’.
‘’Orang tua kerja apa?’’
‘’Nelayan bu’ orang tua kami yang ada dibalai’’. 
   Akhirnya selesai juga pendaftaran ku.Bercurah harapan aku berharap bisa diterima disekolah ini. Membuktikan aku juga bisa. Keesokan harinya aku pun menunggu detik-detik pengumuman nama yang diterima, menunggu saat saat diterima akhirnya, pengumuman ditempel dimading depan sekolah. masing-masing mereka melihat dan aku sibuk mencari namaku.
‘’Alhamdulillah’’.

     Namaku tercantum, berada diurutan keenam. Segala persiapan pendaftaran ulang pun dilakukan.Aku mencatat segala persiapan MOS yang akan dilaksanakan seminggu lagi disekolah itu. Dengan segala perlengkapan aku siapkan satu- persatu untuk dibuat, agar tidak dihukum. Menunggu hari yang dinanti-nanti, Akhirnya MOS dilaksanakan aku segera bersiap-siap dan datang kesekolah lebih awal. Dengan Niat yang sungguh-sungguh aku berharap ini menjadi awal pembuka dalam meraih impian, hanya berselang 3 hari aku lalui MOS dengan memakai penutup kepala sarung  buah cempedak. Sungguh pengalaman yang sangat menarik.
MOS telah selesai pembagian kelaspun dilakukan. Kami pun berkumpul dilapangan menantikan pembagian kelas berlangsung.
   Saat Itu kami mendapat walikelas yang kebetulan guru Biologi. Kami diiring kekelas baru dan saling berbaur satu sama lain. Mempersiapkan  keperluan sekolah dan perlengkapan organisasi kelas. Hari pertama kami lalui dengan semangat kebersaman dan saling mengenal masing-masing sekolah asal. hari demi hari, tahun demi tahun aku lalui disekolah impianku. Pada saat aku berada dikelas sebelas aku dipercaya sekolah untuk mengikuti kompetisi penelitian tingkat kabupaten. Pada awalnya aku berfikir ini menjadi kesempatan bagiku untuk mengikuti lomba ini.Penelitian yang aku buat mengenai dunia tumbuhan, Alhamdulilah aku bisa membanggakan nama sekolahku.Aku berfikir bahwa ini merupakan kesempatanku untuk balas budi terhadap sekolahku yang sudah menerimaku. Aku ingin berbuat yang terbaik selama berada disekolah ini meski tidak mudah, melalui kemampuanku dan sebisa kesanggupanku akan ku lakukan. Aku selalu mengingat orang-orang yang telah berbuat baik terhadapku, Aku selalu mengingat kepada mereka yang sudah berkorban untuk hidupku. Mulai dari paman yang sudah bersedia menyediakan fasilitas terhadapku saat masih SMP dimana pada saat itu aku harus pindah rumah karna harus diusir, perjuanganku saat-saat SMP yang harus rela berjalan kaki dari subuh hingga terbit fajar. Tak jarang dari mereka yang mau menumpangiku untuk pergi kesekolah. 
   Aku tidak ingin mengecewakan mereka, aku selalu berdoa buat kebaikan yang mereka perbuat terhadapku. Selanjutnya atau dikehidupan berikutnya aku akan menjalani hidupku dan membahagiakan hidup kusendiri tanpa harus menyakiti hidup orang lain karna pada dasarnya aku telah merasakan bagaimana hidup seperti ini.
   Mengingat kisah-kisah dimana aku berjuang dengan ketidakjelasan kedua orang tuaku, aku hidup dan berjuang sendiri.
‘’Untuk semua orang yang aku susahkan ,aku minta maaf’’.
  Semoga aku bisa melihat diriku bisa hidup sukses dengan berlimpah kasih sayang orang tua. Bersyukur bagi mereka yang memiliki orang tua yang sangat menyayangi mereka. Aku juga bersyukur bisa bersekolah lagi dan semua doa yang ku ucapkan terkabul, mulai dari bisa bersekolah lagi, bisa berprestasi lagi bahkan aku juga memilki banyak teman disini aku memiliki teman dari dua kota yang berbeda. Semangat hijrah Rasullulah lah yang menjadi inspirasi hidupku saat ini dimana penduduk Mekkah pada saat itu menentang beliau, beliau pun pergi ke Madinah dimana Rasulullah diterima dikalangan penduduk Madinah. Dari kisah itu aku bisa menjalankan hidupku seperti sekarang ini. Semangat hijrah beliau membuat aku tau bahwa tidak semua orang menyukai kita tetapi kita bisa berusaha membuat orang tersebut suka terhadap kita, mungkin dengan tindakan kecil dimana Rasulullah akhirnya dirindukan oleh semua umat dan termasuk penduduk kedua kota tersebut.
‘’Suherlanda, Tetaplah Semangat, tetap berbuat baik dan tetaplah rendah hati, maafkan mereka,dengan begitu hidupmu pasti bahagia dan bermanfaat’’.
‘’Suherlanda, Tetaplah tertawa karna tuhan tahu bahwa ia tidak ingin hambanya bersedih diatas ketidakadilan’’.
 ‘’Suherlanda semangat, Tuhan selalu ada, bukti sayangnya ia terhadap kita, tinggal bagaimana kita berusaha mendekatkan diri kita terhadap tuhan, dalam mengenal tuhan lebih dekat.
‘’Semangat Generasi  Muda’’.