Suherlanda

Suherlanda

Minggu, 08 Oktober 2017

Menjemput Asa


''Menjemput Asa''
Karya Cerpen
Suheranda

Angin kembali menyejukan wajahku ketika memandang langit, hembusan wewangian bunga dari pohon kamboja membuatku tersenyum dan memejamkan mata. bersandar dibahu ibuku dan sesekali kubuka bekal yang ibu buatkan untukku. Tiba-tiba elusan tangan ibu menghangatkan kepalaku dan berkata ''Makan yang banyak, biar sehat, pintar dan bisa jadi orang ye nak''.waktu itu aku tak menghiraukan kata-kata ibuku karna aku hanya fokus pada bekalku inilah yang diketahui anak seusiaku yang menginjakan Sekolah taman kanak-kanak. Genggaman tangan ibu sangat hangat ketika aku dan ibu berjalan diantara panjangnya jalan ditrotoar. memandikan aku dan menemaniku tidur siang waktu begitu cepat berlalu. sesekali kulihat diantara kaca kaca itu ibu yang terus mengawasiku disaat ibu-ibu lain mulai pergi dan beranjak tetapi tidak dengan ibu yang tetap ada dan terus mengawasiku. Hidup kami waktu itu memang serba kekurangan tapi bahagia dan tidak sebahagia ketika melihat Ayah membawa ikan-ikan kecil untuk mainanku. Malam itu kami menunggu ayah pulang dari laut. Suara Ribut angin bercampur hujan membuatku takut dan memeluk ibu. Gelap gulita dan hanya ditemani pelita yang apinya terus bergerak-gerak yang tiba-tiba suara ayah yang mengetuk pintu dan ibu pun membukanya lalu ayah memberikan ikan kecil itu. Senang sekali masa kecil yang memang butuh perhatian walau hanya beberapa ekor saja tapi ketika mengingat hal itu membuatku sedih disaat umur 22 tahun sekarang ini.aku hanya mengatakan ''Terima Kasih Ayah'' itu sudah cukup bagiku ikan-ikan kecil itu sudah membuatku bahagia dalam hujan-hujan petir Angin dilaut bahkan kau masih sempat membawa ikan-ikan itu untukku,akan ku ingat sampai hari tuaku Ayah.

Semua memudar ketika aku mendengar akan kehadiran adik angkat baru yang jelas aku belum mengerti hal ini. Kapal besar yang sedang berlabuh jelas membawa keluarga baru dimana saat itu aku melihat seorang bayi perempuan dan kakak baru semenjak saat itu aku hanya berbekal air putih dan Uang untuk jajan diluar dan pergi sendiri kesekolah karna aku anak-anak aku hanya cuek saja dan tidak menghiraukan hal ini. Kamarku mulai terisi barang-barang lain yang membuatku harus tidur didua tempat yang terkadang aku harus tidur dirumah nenek. Kasih sayang itu memudar dalam hal ini aku tak pernah menyalahkan mereka tapi aku harus bergerak sendiri bahkan mencari kebahagian sekalipun dan aku sudah ditakdirkan untuk ini. terkadang perlakuan dirumah dan disekolah membuatku sedih ...

Bersambung .....