Suherlanda

Suherlanda

Sabtu, 01 Juli 2017

Hujan Terakhir


''Hujan Terakhir''
 Karya Cerpen 
Suherlanda

Hujan ketika mendengarkan kata hujan yang terpikir didalam benakku ialah senyuman dan kebahagiaan..ya aku suka hujan, Entah sejak kapan aku mulai menyukai hujan aku tidak pernah tau pasti..Namaku denis umurku 21 tahun aku hanya memiliki seorang Ayah dan tidak memiliki Ibu setiap kali aku menanyakan tentang ibu beliau akan marah. Ayah adalah seorang mahasiswa, saat itu umurku baru 9 Tahun. Ayah pernah bilang dia selalu membawaku ketempat ia kuliah dan berkerja saat masih bayi ketika aku sakit bahkan ia rela untuk tidak kuliah saat itu..aku membongkar salah satu lemari tua didekat jendela disitu kudapatkan sebuah buku catatan ayah ..ya catatan hidup ayah..ternyata ayah sudah menulis buku itu sejak 35 tahun yang lalu..aku butuh informasi tentang diriku sendiri kubuka catatan sesuai umurku..

''Bayi yang malang..bayi siapa ini...aku membawa bayi ini kerumah.. sebelumnya aku ragu tapi rasa kasihan didalam hatiku membuatku membawa  bayi ini kerumah kecilku..Denis..tangisannya membuatku bergegas pergi ketoko untuk membeli susu dan perlengkapan bayi..aku tidak mungkin meninggalkannya sendiri dirumah..jadi aku membawanya ke tempat kuliahku..aku dicemoohkan mereka dan tatapan sinis mereka terhapus dengan senyuman denis..dia tidak menangis syukurlah tatapan matanya sama saat aku menemukan denis disebuah kotakan dan sehelai selimut dan disertai hujan saat itu''.

''Hingga kini aku masih menyimpan selimut dan kardus yang melindungi denis dari hujan saat itu..Denis yang malang ..aku tau bahwa jiwa dan raga ini milik tuhan dan bukan miliku seutuhnya aku hanya sebuah roh yang diperintahkan untuk beribadah kepadanya dan berbuat baik bagi sesama agar aku tahu bahwa tuhan hadir disekitarku..aku tidak ingin denis kekurangan kasih sayang orang tua yang sudah menelantarkanya sendirian di sebuah kardus kecil dan selimut yang lembab ditumpukan sampah''.

''Saat-saat ingatanku goyah dan tak mungkin aku meninggalkan denis dengan tanpa persiapan aku sengaja untuk tidak meneruskan kuliahku disebuah univeritas untuk berkerja disalah satu pabrik roti..dengan gigih aku mengendongnya dan berkerja, disebuah alat besar..sesekali bungkusan roti keluar dan aku harus memasukan roti itu semua disebuah kotakan besar ..dan itu begitu banyak ..lelah memang, kuusap keringat yang membasahi dahiku dan tak kubiarkan tetesan keringat ini membasahi wajah anakku yang sedang tidur nyenyak. Sungguh anak yang baik tak terlihat rewelan denis ketika aku gigih mencari uang untuk biaya tabungannya ketika denis besar nanti''.

''Aku harus mengejar target sisa umurku...aku harus bisa mengumpulkan uang untuk denis.. walaupun aku bukan orang tua denis tapi aku merasa dia anaku sendiri. setelah kerja selesai aku pamit pulang dan membawa sisa roti dan aku duduk disebuah stasiun yang saat itu sedang ramai-ramainya. Denis menangis ternyata ia kehausan dan kuberikan susu yang sudah kubuat dan denis terlihat diam dan lagi-lagi matanya melihat diriku..Aku menangis aku takut bahwa aku tidak bisa mengumpulkan kebahagiaan denis sesuai target hidupku. ''Nak, Jangan bersedih ayah akan selalu berada didekatmu ..selanjutnya aku menjual sisa roti dipabrik yang diberikan mandor tadi sore..''Pakkkk...Bukkkk Rotinya ....enak dan murah....dibeli pakkk...dibeli bukkkk... tak jarang dari mereka membeli roti yang kudapatkan dari pabrik yang hanya tersisakan dua roti dikeranjang lusuh yang kubawa dan aku bawa pulang untuk kebutuhan isi perutku dirumah... berjalan kaki tiada lelah agar tidak terlalu malam kasian denis masuk angin''. kami pun melakukan persiapan untuk mandi dan tidur untuk mengerjakan aktivitas kerja esok hari''.

bersambung....