Selasa, 14 Agustus 2018

Lukisan-Lukisan Kepulauan Riau di Masa Penjajahan


Belum adanya perkembangan kamera dalam mengabadikan sebuah peristiwa pada masa lalu, membuat orang terdahulu menggunakan kemampuan tangan mereka untuk melukis apa yang mereka lihat dan apa yang terjadi pada masa itu. Kali ini saya akan memberikan sebuah informasi beberapa lukisan yang mengungkapkan kejadian dan suasana Kepulauan Riau "Riau" pada masa penjajahan, yang pertama adalah lukisan pemandangan tiga benteng pertahanan Raja Ali Haji Fisabilillah ditahun 1784 yang merupakan karya J.C.Baane.  Sebuah benteng pertahanan yang terletak dipuncak bukit itulah VOC Belanda mendirikan Fort Kronnprins, Benteng Putra Mahkota, ditahun 1824. Dari sarang meriam dibenteng ini menembakkan peluru dari benteng kecil di Teluk Keriting dan meledakan Kapal VOC yang bernama ''Malaka's Welvaren, Pada 6 Januari 1784. setelah Raja Ali Haji gugur didalam medan perang  di Teluk Ketapang pada 18 Juni 1784 benteng kemudian diambil alih oleh VOC Belanda yang dipimpin oleh Mayor Hamell dalam Ekspedisi kedua November 1784. Yang dikemudian hari Belanda memperbaiki benteng yang telah rusak dengan beberapa meriam dengan beberapa Letnan seperti Letnan Jacob Christian Vetter, Insinyur Richard, dan Letnan Christian Martens ditinggal untuk menjaga benteng tersebut dan sejak saat itulah bendera kebesaran Kerajaan Riau-Lingga diganti dengan Bendera VOC Belanda.

''Riouw'' Begitulah sebuah judul lukisan yang mengambarkan pesisir Tanjung Pinang ini. lukisan ini dibuat juga oleh seorang pelukis Belanda ditahun 1850. lukisan yang menggambarkan suasana masyarakat dan juga aktifitas perdagangan dan Melaut di Pulau Penyengat. Belanda yang bergerak cepat yang juga ingin menghapuskan sistem kerajaan yang masih belum tunduk kepadanya, Dengan menunjuk seorang residen di Tanjung Pinang untuk mengawasi wilayah pesisir dengan beberapa kapal penjaga dan pengawas yang berakhir dalam keberhasilan belanda untuk memakzulkan Sultan Riau-Lingga ''Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah'' di Februari 1911. 

Selanjutnya adalah lukisan yang dibuat oleh Jhr. Josias Cornelis Rappard ( 1882-1889 ). Namun Lukisan ini menunjukan suasana Kepulauan Riau pada tahun 1883 dengan judul pada lukisan ''Riouw Op Sumatra''. Suasana yang tenang dengan beberapa nelayan mencari ikan dan beberapa kapal perdagangan menuju Tumasik "Singapura" dan juga terlihat bangunan yang mencolok yakni Masjid Penyengat ditahun 1883 yang belum terlihat besar seperti yang terlihat sekarang ini. Namun agak berbeda dengan lukisan sebelumnya lukisan yang satu ini tidak terlihat aktifitas masyarakat sekitar dan tampilan pulau terlihat jelas dan sama persis. 






Senin, 13 Agustus 2018

Gerbang Marhum Kantor Raja Ali Haji Di Tahun 1920




Gerbang Marhum Kantor Raja Ali Haji Di Tahun 1920

''Ruine Ad Poort Oud Sultans Paleis Te Penjingat''. yang memiliki makna ''Puing Pintu Gerbang Istana Sultan di Penyengat''. Sebuah Dokumen besejarah Kantor Pos yang merekam dan mengabadikan seorang tokoh penting Controleur Belanda yang Berfoto bersama beberapa penduduk asli serta tetua yang berada di Pulau Penyengat tepatnya disebuah Komplek gerbang Istana Marhum Kantor. yang memperlihatkan keaslian Bangunan Gerbang pada tahun 1910-1920an yang merupakan sebuah dokumen yang dipublikasikan oleh Aswandi Syahri. sejak awal abad ke-20 Pulau Penyengat telah dipromosikan oleh ''Officieel Toeristtenbureau Voor Nederlandsch-Indie''. atau yang disebut dengan ''Biro Pariwisata Resmi di Hindia Belanda''. Sebagai Ikon wisata yang harus dikunjungi setiap orang dari penjuru bangsa Eropa. Mengenai informasi pariwisata Pulau Penyengat telah dicantumkan kedalam sebuah buku panduan pariwisata Hindia-Belanda untuk berbagai kalangan turis bangsa Eropa. Gerbang ini dibuat sebagai pintu masuk serta pintu keselamatan dan juga penjagaan menuju istana kantor Raja Ali Haji dari serangan kolonial Belanda dan juga Inggris yang ingin menyerang Pulau Penyengat. Arsitektur dari gerbang ini ialah campuran arsitektur bangunan yang mirip dengan bangunan Kerajaan Johor dan beberapa adaptasi dari Kerajaan Tumasik Singapura sekarang dan campuran bangunan Eropa terutama Bangsa Portugis tetapi tetap mempertahankan Arsitektur khas Kerajaan Melayu Riau-Lingga.

Beruntung, Gerbang ini serta beberapa bangunan lainya masih bisa kita lihat hingga sekarang. meski ada beberapa bangunan yang sudah hancur. Gerbang pertahanan ini serta tembok pagar khas juga mengelilingi seluruh komplek Marhum kantor. sedikit mengenai tentang sejarah istana kantor, Istana ini yang dulunya merupakan istana yang dimiliki oleh ''Yang Dipertuan Muda Riau VIII Raja Ali Haji.'' memiliki luas sekitar 1 Hektar yang juga berfungsi sebagai kediaman dari Raja Ali Haji serta para kerabatnya dan sekaligus kediaman para bangsawan kerajaan pada tahun 1844 hingga 1857. Dan ditahun 1719 Pulau Penyengat ternyata sudah digunakan Raja Kecil sebagai basis pertahanan untuk melawan serangan dari hulu Riau oleh Tengku Sulaiman. Sedangkan ditahun 1782 hingga 1784 barulah dibangun benteng untuk menghadapi serangan dari Belanda.

Sabtu, 11 Agustus 2018

Nama Pulau Karimun Berdasarkan Catatan Sejarah


                                 

    Nama-Nama Pulau Karimun Berdasarkan Catatan Sejarah


Karimun adalah pulau kecil yang strategis di Selat Malaka. Saya kurang setuju dengan beberapa kalimat bahwa pulau ini kurang strategis serta berpengaruh dalam catatan sejarah masa lalu. Nyatanya tidak, pulau ini berkali-kali disebutkan didalam buku ekspedisi bangsa Eropa bahkan Ekspedisi bangsa Cina. Sulit memang mengetahui sejarah kepulauan ini dengan bahasa Indonesia tetapi ketika kita mencari dengan bahasa Inggris maka banyak data sejarah autentik mengenai pulau yang satu ini.


Saya mengambil catatan dalam buku ’The Overall Survey of the Ocean’s Shores’’, Pada Tahun 1433. Buku ini mengisahkan perjalanan seorang Ekspedisi China Laksamana Cheng-ho menuju Eropa dengan melakukan Perjalanan membelah lautan. dikutipan buku ini kita dapat menemukan koordinat  pulau-pulau yang pernah mereka lewati maupun yang mereka singgahi saat didalam perjalanan . Di buku ini nama Pulau Karimun ditulis dengan nama ‘’Chi-li-men’’ dan ‘’Chi-li-wen’’. Selain itu Huang‘s atau Ma Huan sendiri menulis Pulau Kundur atau pulau terbesar dikepulauan Karimun dengan nama K’un-lun shan atau Grand Condore. Ma Huan sendiri bertugas sebagai penerjemah dalam Ekspedisi Cheng Ho yang ke empat, keenam, dan Ketujuh Ma Huan seorang pelajar Cina mencatat pengamatan mereka selama perjalanan dalam bentuk catatan perjalanan. Bahkan mereka membuat peta Selat Malaka saat melakukan ekspedisi ini.

Nama Kepulauan Karimun di dalam buku ''Singapore and The Silk Road Of The Sea 1300-1800''. Ada apa kaitanya dengan Singapura karena kesamaan sejarah dan letaknya yang tidak begitu terlalu jauh ternyata Singapura dan Karimun sama-sama memainkan peran yang sangat penting. di dalam buku ini sangat jelas menjelaskan latar belakang Singapura dan Karimun itu sendiri mulai dari Suku Laut, Orang Laut atau Orang Selat maupun keberadaan Prasasti Pasir Panjang dijelaskan disini seperti yang sudah saya pulikasikan didalam blog saya terdahulu, saya membicarakan batu bertulis umat Buddha di Karimun. ternyata awal masuknya Agama Buddha disingapura berawal dari Kepulauan Karimun. Sangat jelas Karimun memainkan peranan yang sangat penting. penamaan Karimun dibuku ini sudah jelas seperti penamaan sekarang hanya saja versi awal buku ini menyebutkan nama karimun dengan ''Carimon''. beberapa bangunan khas orang akit juga digambarkan didalam buku ini dimana orang akit telah tinggal sejak lama dikepulauan Karimun khususnya bagian Utara Karimun.


Selanjutnya di buku yang berjudul ''The Singapore and Malaka Strait '' sebenarnya menjelaskan pembagian wilayah oleh bangsa Eropa yang membelah Selat Malaka mulai dari Inggris yang menguasai daratan Malaysia hingga Singapura dan Rhio atau Kepulauan Riau sekarang, menjadi milik Belanda. dan dibuku ini juga bahwa Portugis bersama Jerman dan juga Spanyol menginginkan agar pulau Karimun bisa bebas dari para perompak dengan mengirim kapal kontrol. selain itu akan membangun bandar yang besar di Karimun sebelum disingapura namun gagal terwujud karna terlanjur dikuasai oleh Belanda. dibuku ini memuat sebuah peta  yang dibuat oleh Hessel Gerritsz pada tahun 1620 '' The Southern Portion Of The Malay Peninsula and Part Of The Riau Archipelago Together with The Strait Of Singapore and Melaka (Berlin)''. Berikut di dalam Petanya Karimun ditulis dengan ''Carimon'' dan Pulau Kundur ditulis dengan ''Sabon'' dan Pulau Durai dengan ''P.Duray''. Terbukti ditahun 1620 nama pulau Karimun sudah ada dan sudah dikenal banyak oleh bangsa Eropa.

Buku Selanjutnya ialah buku yang berjudul ''Early Mapping Of Southeast Asia''. tentunya menjelaskan tentang Peta dan tentunya bukan peta dizaman sekarang. Peta yang ada didalam buku ini merupakan kumpulan peta-peta yang dibuat oleh berbagai tokoh yang melakukan ekspedisi di beberapa pulau seperti di Kepulauan Australia, Indonesia tentunya dan yang menarik Selat Malaka . Peta yang dibuat Oleh ''Laurie dan Whittle di Tahun 1799'' dengan ukuran 42,5 x 58,5 Cm dengan Judul ''Singapore Straits''. Didalam peta ini nama Karimun ditulis dengan ''Grand Carimon'' dan Kundur dengan nama Sabon ditahun  1799 hal ini membuktikan bahwa nama Karimun sudah ada ditahun 1799.